Profile Facebook Twitter My Space Friendster Friendfeed You Tube
Kompas Tempo Detiknews
Google Yahoo MSN
Blue Sky Simple News Simple News R.1 Simple News R.2 Simple News R.3 Simple News R.4

Sabtu, 12 September 2009 | 01.15 | 0 Comments

PURA MAJAPAHIT GWK DAN IBU SATU KESATUAN

Dahulu, semua Leluhur Majapahit dilinggihkan di GWK termasuk Ibu Siwa Parwati yang melinggih di Puri Gading. Ketika Pura Majapahit Trowulan ditutup Leluhur Majapahit dilinggihkan di GWK agar bisa selalu di Odali/diupacarai, karena di Trowulan oleh MUSPIKA "dilarang Ritual dan kegiatan dalam bentuk apapun" pengumuman ditempel Camat, kapolsek dll dengan dalih SKB mentri Agama dan Mendagri yang tak jelas isinya. Yng menyakitkan di tuduh tempat ibadah Hindu, padahal Candi Leluhur didalam rumah/Puri Surya Majapahit/Wilatiktapura, yaitu setiap Orang Majapahit tidak minta kuburan tapi Leluhur dibakar/ngaben dan abunya dibuang ke laut dan acara ini di jawa masih lestari, terbukti di tiap kuburan besar ada Krematorium untuk bakar mayat. Hanya beda dengan Bali, Bali bila Ngaben pakai upacara besar, jawa yang 500 tahun sudah berganti islam bakar mayat tidaklah seperti Bali, jadi sederhana ala kadarnya.

 Jadi kalau kota besar bikin mrajan cukup lapor Dinas Pemakaman kalau nyekar dirumah, ada kuburan rupa Candi tidak ada mayat tapi roh nya saja. Sedang pedesaan tidak ada Dinas pemakaman karna tanah luas, bahkan di Madura, jawa barat orang ngubur mayat belakang rumah boleh, demikian Hyang Suryo bikin Mrajan belakang rumah dan disebut Pura/Puro/Griyo/Puri tempat Leluhur dan yang masih hidup. inilah dituduh tempat ibadah Hindu karena banyak Keluarga datang nyekar dan upacara khususnya warga Bali keturunan Majapahit yang memang tidak ditumpas islam. Karena ditutup tidak boleh upacara lalu diundang ke Bali saja padahal Hyang Suryo tidak punya rumah di Bali tapi Bali menyisakan Keluarga besar Majapahit bukan islam yaitu Siwa-Buda yang masih memuja Leluhur.

         Kebetulan Prabu Airlangga dipatungkan di GWK, daripada di Trowulan tidak bisa upacara maka lebih baik Pratima Prabu Airlangga disemayamkan di GWK tempat Beliau di patungkan tertinggi di dunia. Dan yang diundang Pratima Airlangga maka dibuatka Pelinggih/candi Leluhur lain belum, waktu di GWK orang singaraja tidak mau kalah dan ingin punya juga Patung Ganesa Tertinggi di dunia. Hyang suryo usul ,agar bisa terwujut Sungsung saja Pratima Ganesa di Singaraja pasti terwujut, ini komitmen awal Ganesa di sungsung di Singaraja. Tepat 9 bulan Patung Ganesa justru terwujut , dan yang mewujutkan justru bukan yang punya komitmen awal, tapi seorang Pemuda 22 tahun Ketua Pemuda Hindu Dunia Wedakarna bersama orang Jerman. Patung Ganesa ini diresmikan dan masuk MURI Hyang Suryo/Brahmaraja XI, dan Sukmawati Sukarno menandatangani Prasasti Batu Marmer Peresmian. Setelah 9 bulan ngurus Ganesa di Singaraja,    

         Hyang Suryo kembali ngurusi Pura GWK, kebetulan Investor ganti, Ruko diminta investor baru, Hyang Suryo mencari Ruko di Puri Gading dekat GWK untuk tempat Pratima Leluhur Majapahit, juga kalau GWK odalan Mendak Pratima Airlangga yang juga GWK tidak jauh. Akhirnya Puri Gading banyak orang Maturan tanah maka dibuatkan Pelinggih Ibu yaitu Siwa Parwati Tangan seribu berupa Candi Ibu, bahkan kini sudah 3 Candinya, satu Meru, dan Gedong Pratima/klenteng. jadi Ibu pun sudah punya Pelinggih/candi dan Odalannya lain dengan GWK [Purnama V], Candi Ibu Buda Gumbreg Enyitan 6 bulan sekali. Di GWK dituduh Amplik ketua PHDI kuta selatan tidak nyukat genah dan caru, Padahal Ngenteg Linggih, Caru, Odalan dipuput Ida Pedanda Bang Manuaba, juga tiap Odalan Purnama V dipuput Ida Pedanda Manuaba, Wanasari, Negara dll. lengkap Gamelan hotel Wina, Giridarma [sekarang bubar], ungasan, Wayang Mengui, Topeng, Joget bumbung setempat. Raja Tibet, cina, jepang dll orang Buda ikut hadir bahkan tiap acara masuk Radar Bali, Bali TV, Indosiar dll. Ida Pedanda Manuaba saja 5X pernah muput, kalau di Sindhu, Bajrasandi, Art centre dll tidak bisa dihitung muputnya, Pedanda yang lain yang ikut muput tak tercatat. Ngenteg Linggih Candi Ibu Jimbaran juga dipuput Tri Sadaka salah satunya Prof. DR. Narendra [Ida Pedanda Telabah} yang dulu pernah Muput di Trowulan mendampingi Ida Pedanda Made Gunung [Ketua PHDI Bali muput 2001 sampai ditemui George Bus Presiden Amerika setelah muput], Ida Pedanda Basuki [Ketua PHDI Badung muput 2001].

Jadi tuduhan Amplik Ketua PHDI Kuta selatan sangatlah menghina Tokoh PHDI yang muput Pura Majapahit, Bahkan Prof, DR Subagiasta dari PHDI memberikan Darmawacana Ngenteg Linggih di Puri Gading menyatakan Bhatara Bhatari Majapahit sah melinggih dengan adanya upacara yang lengkap, Rejang Dewa , Topeng Sidakarya, Tarian Keraton dari Permaisuri Gusti S. Jelantik Puri Karangasem. Jadi Pura Majapahit adalah Pelestari Budaya Siwa-Buda dimana orang dari Cina ikut ambil bagian Odalan karena merasa satu Ras yaitu Indocina Asia. Dimana Bali kalau Odalan tidak bisa lepas dari uang Kepeng bertulisan cina untuk upacara, sangatlah terpukul pendukung Pura Majapahit etnis Cina melihat tulisan Amplik mengatakan Pura kok dijaga Biksu dan ada tulisan cina di Pura dan tidak dijaga Mangku padahal Pura Siwa-Buda dan cina Buda Leluhur Putri Majapahit. Inilah kalau tidak mengerti tanya dulu,

Padahal Bendesa Adat Jimbaran saja mendak Tirta ke Trowulan Pura Majapahit yang ditutup saudaranya Lakon Bendesa adat Jimbaran Lakon tiap pagi ngayah nyapu di Pura Puri Gading sampai sangat menyesal atas ulah Amplik menuduh tidak memakai adat Hindu yang baru disahkan 1961 sedangkan Bali sejak Jaman Majapahit tidak pernah libur Odalan dan caru. Belum lagi AA. Ng. Darmaputra SH juga marah, untung Hyang Surya/Brahmaraja XI meredam, agar tida malu didengar yang nutup Pura Majapahit ribut dengan saudara sendiri. inilah penjelasan kami Pura Majapahit Bali [Trowulan ditutup] marilah kita rukun bersatu sesuai dasar negara yaitu Pancasila "Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Darmamangruwa" ciptaan Leluhur kita yang kitabnya lestari di Bali, dijawa memang tidak kenal yang diagungkan kitab arab.sampai nutup Pura Majapahit keturunan yang kitabnya dipakai dasar Negara R.I. yaitu Pancasila, kita maklum arab[islam] tidak bisa rukun denga Israel[kristen] saudaranya sendiri apalagi dengan Majapahit yang menyatukan jadi kita maklum mereka tidak kenal persatuan, itu Kerukunan beragama di monas dipukuli bambu masuk tv. Gereja dibakar [situbondo] di bom [mojokerto] padahal saudaranya sama-sama dari timur tengah. barusan bom lagi meledak Ali orang arab ditangkap penyandang dana, jadi cerita ini bukan mengada ada tapi kenyataan. Jadi Pratima sudah lama ikut di Bali dan berada di GWK lalu melinggih di Puri Gading dan punya pelinggih/Candi sendiri lalu bisa Odalan sendiri yang harinya lain dengan GWK dimana dulu Gedong di ruko GWK sekarang di Ruko Puri Gading dan Puri Gading punya Candi 3 Meru 1 Gedong 1 , Kuri Agung juga sudah punya. yang baru di plaspas ditanami Pedagingan kiri dan kanan.

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by Herdiansyah Hamzah | Published by Jurnalborneo.com
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.