Profile Facebook Twitter My Space Friendster Friendfeed You Tube
Kompas Tempo Detiknews
Google Yahoo MSN
Blue Sky Simple News Simple News R.1 Simple News R.2 Simple News R.3 Simple News R.4

Minggu, 11 Oktober 2009 | 19.37 | 0 Comments

KARAOHAN DI PURA MAJAPAHIT PUSAT GWK

Ungasan, DEN POST : Setelah Nyejer sejak 1 Februari lalu di Komplek Garuda Wisnu Kencana {GWK}Pusaka dan Pratima Majapahit bakal diupacarai, jumat {30/08} mendatang {Odalan Terkini 2-11-2009, Gusti Kampial} Sementara itu, selama Nyejer, Hampir tiap hari ada saja Pengunjung yang Kerauhan ketika memohon restu didepan Pratima GAJAHMADA, Ketua Pura Majapahit {Puri Jenggala}, Hyang Suryo Wilotikto kepada Den Post jumat {23/7} lalu menuturkan, sejak nyejer di Bali, Pusaka dan Pratima itu diberi sesaji setiap hari, setiap hari pula ada pengunjung yang sembahyang dan berdoa dihadapan Pratima Gajah Mada , saat itulah banyak yang keraohan. "Ada yang karyawan hotel juga sempat kerauhan, Bahkan Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba juga sempat kerauhan, ternyata Beliau seorang pengagum Gajah Mada juga, kata Hyang Suryo.{ada Foto Dokumennya}, Pratima Gajah Mada yang dipamerkan di GWK menurut Hyang Suryo merupakan Pratima yang asli, Pratima setinggi 25 sentimeter itu berbahan  tujuh jenis logam dengan memakai Mahkota Patih, sementara  Mahkota yang dipakai Gajah Mada dalam lukisan lukisan selama ini adalah mahkota prajurit {sebelum ke GWK di Jejerkan di Kamar Pribadi Hyang Suryo di Bukit Inn Hotel , Sempat dikunjungi Bpk. Satriya Narada Bali TV dan Mangkunya, Kepala Desa Ungasan sebrang Bukit Inn, dan Tokoh Tokoh Sepiritual, kemudian Nyejer di Art Center di Panitiai Pura Dalem Gel Gel, baru diiring ke GWK disiarkan Bali TV} Selama ini Pratima Gajah Mada yang Asli disimpan di Pura Majapahit. Dulu tidak ada yang berani menurunkan namun terakhir, setelah melalui rapat besar keluarga besar keturunan Majapahit, Pratima boleh diturunkan dan kini diikutkan Nyejer di Bali {Menyusul Pratima Prabu Airlangga}. Di depan Pritima itulah pengunjung sering kerauhan, saat kerauhan para pengunjung berbicara dalam bahasa jawa kuno. Bahkan saat Pusaka Keris Karno Tinanding luk 17 yang panjangnya 1,6 meter saat diupacarai di Tabanan pada hari Tupek Landep, 11 November 2003 sempat merobohkan Beringin besar di Puri Anom Tabanan dan menimbulkan Angin kencang beberapa saat. "Itu memang upacara pertama yang dilaksanakan setelah selama 500 tahun sejak keruntuhan Majapahit 1503. Selama ini saya tidak tahu kalau di Bali ada tradisi mengupacarai keris tiap Tumpek Landep" kata Hyang Suryo. 30 Agustus mendatang seluruh Pusaka dan Pratima itu akan diupacarai secara khusus. Sebelum upacara dilaksanakan, Pusaka dan Pratima lain yang masih berada di jawa bakal turut didatangkan juga, namun ketika ditanya berapa jumlah yang akan didatangkan, Hyang Suryo mengatakan tidak tahu secara persis "Memang agak sulit menyebutkan jumlah pasti, setiap kali dihitung, tidak pernah ketemu jumlah yang pasti" kata Hyang Suryo [108]

     DENPOST, SENIN, 26 JULI 2004,- perlu ditambahkan Pratima ini Nyejer di Art Center untuk menggalangan dana Odalan Pura Dalem Gel Gel, setelah itu baru di linggihkan di GWK mendampingi Pratima Prabu Airlangga Kawitan Kerajaan Majapahit, Setelah Odalan Pura Gel Gel Praupan mulai, Pratima dipendak dari GWK, diiring Mangku GWK dan Para Mangku lainnya Nyejar 3 hari, di Pura Gel Gel,  kemudian Melinggih di GWK, hingga Ruko tempat Beliau di minta Investor Baru, Beliau pindah ke Ruko Puri Gading, Sempat punya Pelinggih di Batu Belah desa Belalang Tabanan ketika Beliau Nyejer Menyambut Delagasi Parlemen se Dunia, bahkan Beliau dengan Kesaktiannya berhasil Menolak Wereng yang sehari sebelum sebelum Beliau tiba Wereng memenuhi lokasi Penyambutan ,Habis Nyejer Oleh Ketua Badan Otorita Tanah Lot di suru mempreline Pelinggih Beliau yang hanya seharga 125.000,- melalui HP mangku Nokoprawiro, beberapa jam setelah perintah membongkar Pelinggih Beliau, datang Ombak besar setinggi 7 Meter Beliau Mempreline Pelinggih Beliau sendiri dengan Ombak disaksikan penduduk setempat dan dilaporkan Mangku Noko, Pelinggih hilang lenyap tanpa bekas, kan malu kalau sampai dibongkar Manusia melihat Kehebatan Belliau Menyatukan Nusantara, Kalau Beringin Puri Anom Roboh bagian atasnya memang diminta "Tunjukkan Kesaktianmu" kata Gusti Rake Kerabat Puri Anom sambil memegang Keris/Pratima dan ujungnya diarahkan ke jaba Puri, Waktu itu gelap, tidak tahunya ujungnya mengarah Beringin, Pikir Beliau disuru nebang pohon Beringin, akhirnya keluar Sinar Biru hemerahan dan BLARRR, GDABROOOOK, Beringin runtuh, pagi harinya pembersihan mengangkut bebarapa Truk sampah membersihkan Dahan, Ranting dan Daunan yang rontok, untung tidak menimpa Balai Banjar Lama dibawahnya, seluruh pihak Puri Pucat Pasi wajahnya dan menyalahkan Gusti Rake yang pegawai DLLAJR dan Guru Sepiritual, kebetulan waktu itu di Puri penuh Tamu acara Tumpek Landep, bapak DR. Suryawan utusan GWK hadir dan rombongan Panitia Nyejer sebelumnya juga hadir, bahkan Sesepuh dari Banyuwangi, Kalimantan dan banyak lagi pada hadir ingin melihat Tumpak Landep yang di luar Bali tidak dikenal. ini kisah nyata disaksikan ratusan mata, hanya waktu itu keris dibawa ke Mrajan Puri Anom jadi tidak semua Pengunjung ikut masuk merajan, hanya pengunjung melihat Sinar Merah Kebiru biruan, Pikir pengunjung Mercon Sreng  untuk memeriahkan Tumpek Landep, tapi kok menghantam beringin atau melenceng mungkin, banyak mobil parkir dibawah beringin tapi tak satupun yang tertimpa, jadi Beliau tidak mau membuat rugi umat nya. Demikian Kehebatan Gajah Mada bila di Upacarai, Sayang Waktu Nyejer Menyambut Parlemen se Dunia, sampai dikunjungi Ibu Magawati Sukarno, Beliau kena Pepatah "Habis Manis Sepah dibuang" beliau dibuatkan Pelinggih di Batu Belah depan Tanah Bos Jakarta SW masuk desa Belalang, malah diusir Otorita Tanah Lot desa Beraban, tapi Wajar Beliau dianggap pengemis dari Jawa, hanya di butuhkan di Tanah Lot untuk menyambut Delagasi Parlemen se Dunia, ya habis nyambut di usir, apalagi melihat Pelinggih Orang Lacur seharga 125.000,- karena pihak Panitia Nyejar Pusaka Mangku GRP. Noko Prawiro pun dianggap orang Jawa tidak bisa bikin Banten, Padahal Banten kan tugas Orang Bali yang bisa? contoh Gusti Ngurah Paji Puri Anom dan Istrinya Puri Kerambitan sudah ngirim Banten ke Batu Belah, Belum Delegasi Hindu Dunia juga ngirim Banten, Mangku-Mangku, Gusti, Pejabat dll ikut sembahyang tanpa melihat Harga Pelinggih, memang serba kilat 24 jam harus siap menyambut Delegasi Parlemen se Dunia, ya caranya agar tidak dituduh Pengemis, Brahmaraja XI langsung beli Pelinggih di pinggir jalan seharga rp.125.000.- langsung di cor , agar kelihatan ada Pelinggih nya, kebetulan Batu Belah kelihatan jelas dari Kemah tempat nyejeran, tapi kalau didatangi makan waktu 1/2 -1jam, Inilah pikiran manusia masa kini yang hanya komersil, padahal Nyejer ini satu senpun Pura Ibu Majapahit tidak menerima dana, semua iklas demi Bali dimata Dunia, bukan mengungkap, tapi kenyataan, nanti dipikir pihak Badan Otorita Tanah Lot dapat dana besar, iya yang jualan Permata, Batik, Keris Lombok, Jogya, Kalimantan dll panen hasil dibeli tamu termasuk Ibu mega belanja, Pura Majapahit Murni nyejer Mengamankan Acara tanpa jualan apapun, semua tahu ini, hanya mengharap Banten untuk menyenangkan Leluhur yang jalan jalan di Pantai Tanah Lot, dan terbukti Banyak yang Maturan Banten. {Ditulis kembali Saksi Utama sebagai Mangku dan Panitia Pusaka Gusti Raden Panji Noko Prawirodipuro} 12-10-2009,- tambahan tak lama desa Beraban masuk TV orang tewas kena Flu Burung, akhirnya banyak yang ingin membangun kembali tapi Brahmaraja XI menolak "Sudahlah ini bukan Takdir, tapi sengaja mengusir, karena acara sudah selesai, kan saya sendiri menerima telepon suru Mreline?" *****

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by Herdiansyah Hamzah | Published by Jurnalborneo.com
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.