Profile Facebook Twitter My Space Friendster Friendfeed You Tube
Kompas Tempo Detiknews
Google Yahoo MSN
Blue Sky Simple News Simple News R.1 Simple News R.2 Simple News R.3 Simple News R.4

Senin, 02 November 2009 | 19.10 | 0 Comments

SUKSES PUNCAK ACARA ODALAN PRABU AIRLANGGA DI GWK

Suasana Pura Majapahit GWK malam 2-11-2009 sudah ramai, Gamelan mengalun bak membuat suasana mirif pada Zaman Majapahit dahulu, Orang berdatangan menyerahkan Keben / Besek penuh Sesaji kepada Komang Artanegara dan Langsung diterima dan diletakkan di meja terdepan tempat Pratima Prabu Airlangga, karena banyaknya yang membawa Sesaji di Keben, Nampan, dll, Peletakannya Tumpang tindih karena meja kurang panjang, Bahkan Satpam GWK Suwada ikut menata agar Sesaji bisa tertampung dengan menambah meja, Tepat jam 19.00 Sri Wilatikta Brahmaraja XI tiba bersama Ketua Panitia Gusti Kampial yang lebih dahulu turun menyiapkan Banten penyambutan, Turunan ke XI Brahma Wisesa yang Pelinggihnya Meru Tumpang XI di Pura Besakih Bali yang dibangun 666 tahun silam ini melangkah dengan pasti sambil melangkahi Banten penyambutan, Semua pengunjung berbaris seolah membuat jalan panjang menuju Kursi tempat duduk Sang Raja Majapahit masa kini, dengan posisi Tangan melakukan Sembah Brahmaraja XI berjalan melewati barisan Penyambut yang posisi tangannya juga melakukan Sembah, hingga sampai ketempat duduk nya Brahmaraja tak henti henti mengucapkan "Inggih..Inggih" atas sambutan pendukungnya, setelah duduk , kemudian Banyak Orang melakukan sembah dan menyalakan Dupa dan ditancapkan ke Sesaji yang diletakkan di meja depan Sang Brahmaraja XI, masih disusul sebuah Dulang berisi Sesaji di Haturkan lagi hingga penuhlan meja kecil didepan Raja Abiseka Majapahit ini, Acara Langsung dimulai dengan MC Drs Komang Artanegara SE selaku Tuan Rumah GWK,

Gamelan meledak ledak mengiringi Do'a Para Mangku Hindu dan Biksu / Biksuni Budha yang membacakan Mantra masing masing, Juga dibarengi Iringan Bajara / Genta / Klenengan baik dari Kuningan maupun dari Kayu Klonong Sapi, Setelah semua tuntas membaca Mantra Odalan, giliran MC memerintahkan para Wanita Pengayah untuk menirta Pelinggih Surya, Pelinggih Wisnu dan Candi Budha, diteruskan wilayah Pura, Tak lupa Tempat Brahmaraja XI duduk pun diperciki Tirta, dilanjutkan upacara Ngayap, diteruskan Pembagian Tirta kepada Para peserta Odalan, Utusan dari Surabaya, Malang, Blitar, Semarang, Jakarta dll sebagian tidak memakai Kamen, tapi Bajunya Seragam Puri Surya Majapahit, Bahkan ada yang mengenakan Jin sedengkul, yang paling keren memang Warga bali dengan seragam Udeng Putih dan Saput Putih / Kuning, Para Pecalang saput Bima / Kotak Kotak hitam putih, termasuk Bapak Kari Putra Magku Sedan yang tersohor, Bapak Kari  Keamanan GWK, Tokoh Tokoh Sepiritual yang Sakti dan Bisa melihat Kehadiran Leluhur pada Menangis, mereka bisa menyaksikan Kehadiran Leluhur, tapi karena Semua tidak bisa melihat karena belum Tinggi ilmunya, maka Brahmaraja mengijinkan acara Tedun Bhatara melalui KERAUHAN agar bisa disaksikan semua yang hadir, Gerakan, Suara Bhatara yang Tedun /Turun melalui meminjam raga / Kapeselang dan benar Banyak Wanita Suci Kerauhan [Foto ditampilkan]

Bahkan karena Lensa kaca tidak bisa tertipu Alam Niskala / Gaib terjadilah ketika yang Kerauhan Mengeluarkan Sinar / Aura Roh Bhatara yang Tedum / Turun / Rawuh hal ini langsung Camera ditunjukkan Brahmaraja XI dimana karena Camera Digital hasil Pemotretan langsung bisa dilihat, "Ya besok disiarkan saja di Internet agar bisa disaksikan Dunia acara Kerauhan ini, agar Dunia yang menilai, kalau bangsa sendiri Parah, tidak percaya bahkan menyebut Setan yang turun, Padahal Islam Kristen percaya ada Malaikat, Nabi Kidir sering muncul, bahkan Jibril juga datang mencabut nyawa, jadi yang bisa melihat ya yang mau di cabut nyawanya, lha ini Leluhur kita yang datang karena ada Odalan jadi, tidak semua bisa melihat, terus di Minta agar Beliau Meminjam Raga agar membuktikan kalau Beliau Hadir" Demikian kata Sang Brahmaraja XI yang banyak menuai Kritik, bahkan Pura /Puro/rumaknya di Trowulan di tutup "Dilarang Ritual dan Kegiatan dalam bentuk Apapun" Oleh Camat Trowulan 16 - 11 -2001 yang lalu. Acara Kerauhan ini didahului Tari Sakral Pendet, Lebih lebih Gamelannya Menang ahli mengiringi, Sedang di Jawa Acara Waisak di Candi Bayalangu Tulung Agung / Jenggala., Juru Gamelan diajari Brahmaraja XI irama 'TUWAYU" ternyata dari irama itu dikumandangkan langsung ada Sinar dari Langit turun disaksikan Ratusan pasang mata dan akhirnya ada Orang Kerauhan Gajah Mada, dan Leluhur , Juga Odalan GWK 2004 Gajah Mada , Bung Karno, Prabu Airlangga Turun disaksikan Wartawan hingga di Publikasikan, malah banyak kritik menyetankan termasuk Kristen Alvatarz, Hal Karauhan ini di Bali sudah bukan Rahasia lagi, ini untuk Bukti Acara Acara di Pedesaan Asli yang melaksanakan Odalan dengan Tulus Iklas, serta Adatnya belum di obok obok Ilmu Canggih Import yang memang tugasnya memberantas Leluhur memberikan Piteket / Nasihat kepada Keturunannya.Agar bodoh terus gampang di Tipu Agama Rasul, di Jawa biasanya Dalam Keluarga besar ada salah satu Orang yang bisa Kerauhan Leluhur agar yang hidup bisa menerima Nasihat, tapi ini dilarang Agama, padahal Leluhur kalau datang tidak ada yang berkata "Hei bunuhlah saudaramu itu, dia Kafir, Hei, hancurkan itu Aliran sesat tetangganu, biar agama mu bisa tanpa saingan"

Demikan ini contoh, Leluhur Datang biasanya bicara baik ini contoh Leluhur datang disaksikan Orang Banyak di Keluarga Peng Kie China Tulung Agung, Waktu Upacara Pernikahan  Kwe Lan, Engkong Peng Kie orang nya sejak muda tidak menikah dan "Ngelakoni" seperti Biksu, Tiba tiba si Enkong Kerauhan Emak nya dan Hyang Suryo malah dipanggil dan Aneh si Emak ini mengucapkan Terima kasih atas segala bantuannya menyadarkan anak cucu nya melaksanakan Adat nya memakai HU [China Budha] kemudian Hyang Suryo penasaran ngecek yang Kerauhan "Mak, dialam sana Emak perlu apa?" yang Kerauhan matanya memang terpejam bila Hyang Suryo mendekat tangan Hyang Suryo digenggam erat erat dan baru tahu kalau Tangan Hyang Suryo, Ketika ditanya perlu apa Sungguh diluar Dugaan Sang Roh Emak nya yang meminjam Raga Pengki yang dimakamkan di Kuburan Tembok Surabaya itu Makam Umum bukan makam China, Ternyata Emak tadi butuh Uang ,Uang Kepeng / China untuk belanja di Alamnya, Inilah Kejutan besar dimana di BALI uang China syarat mutlak Upacara Ngaben / Sangu Orang mati, Odalan dll, dan Adat China memang ada tradisi bakar Uang China untuk dikirim ke Leluhur, ini memang bertentangan dengan Manusia yang sudah di Doktin Budaya Kristen dan Islam, mereka pasti membantah, dan Menyetan kan Leluhur nya, dari sini kita maklum dulu karena hak asasi, Jadi Karauhan Leluhur tadi sangatlah INDENTIK dengan ADAT BALI yang melestarikan BUDAYA LELUHUR sejak JAMAN MAJAPAHIT titik, Untung Hyang Suryo memang belajar Adat Majapahit di Bali 1956 waktu itu Hindu Belum Lahir, Acara Odalan masih Murni Majapahit, dimana Uang Kepeng China yang digunakan masih ASLI, sekarang palsu terbuat dari RING tanpa tulisan China tapi ada juga yang Asli harganya Mahal yaitu Kurs 1 Kepeng / Rp. 1000,- inilah Contoh penjelasan KERAUHAN adat kta supaya tahu apa PITEKET leluhur yang banyak di KRITIK oleh Orang "PINTER KEBLINGER atau KEBAT KELEWAT' menurut Kitab Prabu Jayabaya Raja Kadhiri Titisan Wisnu, Raja Kadhiri Jawa bukan Arab, jadi ini adat Lokal dan Untung Lestari di Bali, yang percaya pun di Bali hanya Orang tertentu seperti AA Ngurah Darmaputra SH, Rektor Universitas Mahendradata DOKTOR Arya Wedakarna SM tru MBA, DR Suryawan Hotel Santika,  DR Made Warka ketua team Pengcara Brahmaraja XI dll ini kita ambil yang titel dan Orang Ilmiah, kalau lainnya sudah jelas percaya tapi dianggap bodoh oleh Orang sok Pinter Agama Islam Imam Karyono dan Kristen Alvatarz,

Demikianlah kembali ke Odalan di Pura GWK, Semua Pengunjung dapat Nasi Kotak entah Sumbangan siapa, sambil menikmati Nasi Kotak Vegetarian Pengunjung di Suguhi Darmawacana Sri Wilatikta Brahmaraja XI yang mengatakan ada Cerita tentang seorang Janda miskin dengan anaknya yang hanya punya uang 1 kepeng, tapi uang itu dibelikan Canang dan dihaturkan Bhatara Wisnu, Oleh Bhatara Wisnu dikatakan kalau canang satu itu adalah Odalan Besar, karena harta milik Sang Janda hanya 1 kepeng / uang China itu saja, anaknya pun belum makan tapi Sang Janda rela membelikan Canang dari kepeng satusatu nya miliknya Maka itulah Odalan Besar karena pengorbanannya juga besar berani menyerahkan semua miliknya tanpa memikirkan dirinya, dan Percaya kalau Bhatara Wisnu Pemelihara Alam akan memberikan jalan, Setelah Darmawacana diteruskan Tarian Demontrasi BARONGSAI dimana pemain intinya Orang Jepang MR. AKIRA, dibantu cewek Jepang juga MARIKO, lainnya Anak Anak Bali Pelatihnya juga dari CHINA, Bahkan Barongsai yang tampil Berwarna Merah Juara Asia, Yang lucu banyak orang jongkok semuanya dari jawa sekitar Brahmaraja XI menantikan Sesaji dan Kotak Makanan di Meja Sang Raja Abiseka Majapahit ini, mengetahui ini Brahmaraja XI memberikan Sesaji dan apapun yang berada di meja nya, akhirnya dapakai REBUTAN dibagikan untuk mencari Barokah / berkah / berkat / Yoni dari Sesaji tadi, dimana banyak disiarkan TV bila ada Acara Tumpengan / Bersih Desa  / Muludan / Suroan dll Orang berebut Sesaji sampai dorong dorongan bahkan ada yang terjepit, inilah IMPIAN masyarakat yang di sebut Kafir umtuk Bisa Menikmati Adat sendiri biarpun Sudah di Brantas tokoh tokoh Islam sampai MUI mengharamkan tapi sulit MENUMPAS dan MENGHILANGKAN dari Bumi NUSANTARA, adat Arab gencar menumpas Kekafiran bahkan sampai Menutup Pura Majapahit Trowulan dari Kegiatan KEBANGSATAN ini tapi ya malah Odalan di GWK Bali yang belum di TUMPAS Islam adat nya,

Demikianlah Bali yang dihargai DUNIA adatnya di sisilain islam menganggap Adat Kafir yang harus dilenyapkan dari Bumi Nusantara, Di Sumatra yang adat nya sudah mirif Arab bahkan disebut "SERAMBI MEKAH" tak kunjung selesai di Guncangan Derita oleh Kemarahan ALAM yang hanya di BALI Tanah dihormati diberi SUGUHAN hasil buminya dengan Sesaji Odalan tapi malah Pura Mjapahit Trowulan dilarang demi kelestarian adat Arab yang tidak kenal Acara Sesaji selain KURMA itupun tidak pernah disajikan, Padahal Leluhurnya Banyak dulu Gambarnya membawa Persembahan, Gandum buah anggur bahkan Kambing domba dibakar di Mesbah, dan bila asapnya lurus keatas maka persembahan itu ditrima katanya, adat ini TUMPAS, setelah ada Islam, Aliran Jesus pun harus rela di TUMPAS GENOSIDA dan Gereja Gereja megah pun harus rela Jasi Masjit Agama Yang Benar dan memang Paling Benar dalam PERANG SALIB, juga Majapahit pun TUMPAS ADAT nya UNTUNG MASIH ada BALI dan Leluhur Prabu Airlangga masih bisa di buatkan ODALAN hari ini di GWK karena di Trowulan dilarang {Panitia Odalan masih Nyejer sampai 5-11-2009 ttd  Drs Komang Artanedara SE, GRP Noko dan Gusti Heker}

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by Herdiansyah Hamzah | Published by Jurnalborneo.com
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.