Profile Facebook Twitter My Space Friendster Friendfeed You Tube
Kompas Tempo Detiknews
Google Yahoo MSN
Blue Sky Simple News Simple News R.1 Simple News R.2 Simple News R.3 Simple News R.4

Kamis, 31 Desember 2009 | 16.27 | 0 Comments

TAHUN BARU 2010 RAJA MAJAPAHIT DI BESAKIH

31-12-2009 Suasana Puri Surya Majaphit Jimbaran Bali Sangat Ramai, Kelihatan banyak Orang melakukan Kegiatan Acara Ritual untuk Pergantian tahun dari 2009 ke 2010, Kelihatan Raja abhiseka majapahit Sri Wilatikta brahmaraja XI Menyerahkan Keris Empu Gandring kepada GRP Prawirodipoero untuk dibawa ke Pura Besakih dimana di Pura ini terdapat Pelinggih Empu Gandring Pembuat Keris tersebut.

Dengan diiringi Barongsai, Gamelan Bale Ganjur berangkatlah Keris dan Tombak Tombak Pusaka Majapahit, Tak Lupa Simbol Matahari Surya Majapahit menuju Pura Besakih di lereng Gunung Agung pagi pukul 10 WITA yang cerah itu. Menyusul jam 16 WITA Mobil Kawal Polisi Daerah [POLDA] XI Bali dengan Sirine Meraung raung membelah Kemacetan  jalan Raya di Bali menjelang Tahun Baru 2010 mengawal Mobil Mercy Hitam yang ditumpangi Hyang Bhatara Agung Surya Wilatikta Brahmaraja XI juga menuju Pura Siwa Buda terbesar di Nusantara yang tetap di Upacarai sejak Zaman majapahit Besakih untuk mengikuti acara SHANTI PUJA WANTI WARSA  "PEMUJAAN AKHIR TAHUN UNTUK KEDAMAIAN DUNIA", Jalanan yang macet tidak menjadi masalah Mobil Kawal Patroli POLDA Bali cukup gesit mencari Jalur agar tetap jalan dengan mengusir Mobil didepannya untuk minggir, Lampu merah pun tak menjadi halangan Bagi Rombongan Sang Raja agar bisa tiba dan Upacara tepat pukul 18 WITA,


Benar juga Tepat jam 18 Pria Ber Udeng Merah, Saput Merah dan Sarung merah Brahma ini Turun dari Mobil Hitam Compressor E200 yang disopiri Djoko Tole tepat ditangga Pura Besakih Waktu itu suasana Hujan Gerimis, Sang Raja Majapahit Masa Kini ini, dengan tenang mencabut Keris nya mengarahkan ke Langit dengan membuat Tulisan Swastika kekiri dan kekanan Simbol Budha dan Hindu masa kini, diteruskan membuat Tanda Palang di Tanah, Hujan pun berhenti "Tadi Sudah Hujan jadi nanti malam biar tidak Hujan agar Upacara Sukses, Kita kalau mencintai Alam pasti Alam pun mencintai kita" Ucap Sang Raja yang masih membujang hingga kini untuk menjaga Kesuciannya agar bisa Dekat dengan Leluhurnya dan menyelamatkan Rakyat nya yang Percaya tanpa memikirkan Imbalan apapun.

Dua Orang Gadis Siswa Hindu Kemudian membawakan Pratima Ratu Mas dan Dua Barongsai Kecil didalam Pelangkiran diatas Kepalanya mengikuti Pria yang akrab dipanggil Hyang Suryo dengan di Payungi Tedung warna Merah Brahmaraja susun Tiga kiri kanan Tedung Putih dan Kuning, Dengan di dahului dua Barongsai Merah Putih Sang Raja berjalan diiringi Pasukan Majapahit lengkap Persenjataan Tombak Kembar Zaman majapahit Asli milik Pengawal Raja yang berbaris jajar dua, Juga Para Mahasiswa Mahasiswi Universitas Mahendradata, Putra Putri Kampus, Teruna teruni Bali, Siswa Siswi Bali, Para Pengurus World Hindu Youth Organization dan Masyarakat Jawa dan Bali, Nusantara serta Dunia  tanpa membedakan Suku, Ras dan Agama berbaris menuju Pelinggih Brahmaraja dan Permaisurinya ratu Mas Leluhur dari Sri Wilatikta Brahmaraja generasi ke XI ini, Tiap memasuki Pintu Pintu Agung Sekat Pura Tak lupa Sang Raja yang ber Abhiseka Sri Wilatikta Barahmaraja XI menggoreskan Keris Pusaka majapahit nya ke Tanah membuat tanda Silang Hingga Langit yang gelap menampakkan Biru nya serta kerlap Kerlip Bintang Sore Dan Rembulan diufuk Timur yang memang Kebetulan Hari Purnama Tersenyum memandang Sang Narendra Utama dengan Sinar Sidhi nya yang Keemasan mengusir Awan Gelap dan Setibanya di Pelinggih Ratu Mas Pratima Ratu Mas diletakkan di Dalam Gedong Meru Tumpang III sedang Barongsai Kecil diletakkan di kiri kanan bawah Gedong dan Sang Raja Generasi XI melakukan Sembah Sungkem kepada Leluhur Ibu Kawitannya dari China Ratu Mas kemudian dilakukan Do'a bersama,

Tiba Tiba semua Gadis Menari nari secara tak Sadar mengikuti Irama Gamelan Pimpinan Komang Subagia dari desa Tegak Kelungkung yang bertalu talu, Makin cepat Irama Gamelan makin Cepat Tarian masal meliuk liuk, Hal ini Sungguh sangat mengherankan, Inilah bukti bahwa Ratu Mas Magelung yang bagi Orang China juga Indentik dengan Dewi Kwan Im yang juga disebut Sang PENARI Turun bersama Pengiringnya Menari, Jadi Tarian ini tanpa disadari Oleh Para Mahasiswi dan Siswi yang bukan Penari tapi kondisi Trans mereka bisa Menari dengan seragam dan Sempurna, ini membuktikan Leluhur ada setelah Pratima Ratu Mas diletakkan dan bersemayam di Meru Pelinggihnya ucap Brahmaraja XI dengan Serius dan Yakin bahwa Para Leluhur datang menyambut Kedatangan Keturununannya yang membawa Sesaji Lengkap berupa Tumpeng Putih Kuning dan dikemas dengan Sesaji Bali Tatacara Siwa Buda, Juga Musik nya pun Siwa Buda yaitu Musik Barongsai China [Buda] dan Bale Ganjur [Siwa] inilah yang membuat Para  leluhur Siwa Buda Langsung Turun membuktikan kalau Beliau Ada dan Melinggih di Pelinggihnya yang selalu di Upacarai sejak didirikan 1343 oleh Para Kerabat Majapahit dibawah Pimpinan Arya Damar dan Gajah Mada dan di Lestarikan Keturunannya di Bali hingga kapanpun. Demikianlah Acara Ngalinggihan Ratu Mas di Pelinggihnya dan Beliau sudah mau Melinggih dibuktikan dengan Tarian Trans tadi, Ini juga membuktikan betapa Sakral Tempat ini yang jarang dimasuki sembarang Orang, sebab Pengunjung kalau berdo'a cukup di Penataran Agung Padma Tiga paling bawah yang dibuat di Era Orde Baru yang asalnya hanya Onggokan Batu Kuna cerita Dewa Mardiana kepada Brahmaraja XI lalu dibuat Padma Megah 3 Buah melambangkan Brahma, Wisnu dan Siwa Tapi ada juga Kelompok Aliran Hindu yang menyebut lain, Jadi hal ini agak Aneh, Hanya Brahmaraja XI yang langsung naik keatas menuju Pelinggih Brahmaraja Wisesa dan Ratu Mas Magelung [Rambutnya di Gelung seperti Dewi Kwan Im] yang Jarang diketahui Orang awam tanpa melalui Penataran Agung Padma Tiga karena Beliau Adalah Keturunan ke XI Brahma Wisesa sendiri.

Jam 22.00 menyusul Rombongan Rektor Universitas Mahendradata DR Gusti Arya Wedakarna, Langsung melakukan Sembah kepada Leluhur Putri Ratu Mas untuk Persatuan Majapahit Pusat dan Bali, di Susul Upacara memberi Taksu Topeng / Tapel Gajah Mada dan Kebo Iwa yang di Bawa Sang Rektor agar Jawa Bali tetap bersatu, Brahmaraja XI dengan diiringi Gamelan Bale Ganjur dan Barongsai menuju Pelinggih Ratu Ibu Mas Magelung dari Pelinggih Meru Tumpang XI Brahma Wisesa tempat Beliau Meditasi sebelumnya dan langsung duduk disebelah Pemuda Terpandai dan Rektor Termuda di Dunia ini, Kembali Acara Mencekam Seorang Pendeta Budha Wanita Kapeselang dan mengumumkan Brahmaraja adalah Pemersatu disusul Semua Pengawal Majapahit juga Kapeselang dan meneriakkan "MERDEKA" dan Mangku Budhi tanpa sadar mencuci Kaki Brahmaraja XI dan Sang Mangku malah Trans dan jatuh tertelungkup mencium kaki Sang Brahma hingga tak sadarkan diri dan diangkat oleh Mangku yang lain untuk di Tirta agar Sadar disusul banyak Putra Putri yang berebut menyalami dan menyentuh Kaki Sang Raja, dan Upacara Menaksu Dua Topeng / Tapel inipun sekaligus Meng-Abhiseka Wedakarna dengan Nama Abhiseka Sri Wilatikta Tegeh Kori Kepakisan Sebagai Raja Majapahit Bali Dengan Menumpangkan Keris Pusaka Andalan Majapahit "'SAPTA RESHI"" yang juga disebut Keris Tri Sadaka ke Kepala Wedakarna dan kedua Tapel, disaksikan Para Leluhur Majapahit yang Turun, bagi yang tidak bisa melihat Turunnya Para Leluhur karena bukan Orang Suci, Mereka pun Percaya karena melihat dengan Mata Kepala Sendiri Para Pendeta Siwa dan Budha dan Sebagian besar Pengunjung Kapeselang / Karauhan / Raganya dipinjam Ida Bhatara dan Bhatari pada Menari bahkan di Foto Digital muncul 2 Naga diatas Kepala Orang yang Kapeselang [di Tampilkan] Seorang Siswi Bernama Tika yang sebelum ke Besakih sudah Mimpi Kepalanya dililit Naga, Bahkan Mangku Budhi yang baru Mencuci Kaki Brahmaraja XI Menari nari dengan Kaki Satu Posisi Aqintia hingga beberapa saat lalu  berdiri kaku seperti Patung Aqintia sampai tiga Orang mengangkat Tetapi Sang Mangku tetap kaku dan akhirnya direbahkan dan diberi Tirta agar sadar dan menari lagi, diikuti Pengunjung lain  pada Menari yang aneh Istri Jero Gede Dalem Tarukan Gede Susila Gusti Ayu Rukmini yang Sarjana Ekonomi dan Hukum malah ikut Kapeselang / Kerauhan dan Menari diikuti Mahasiswi Arum Buwana, Kartika Giri, Bayu Permana dll, dan mengucapkan Selamat atas Pengesahan Abhiseka Sri Wilatikta kepada Keturunan Tegeh Kori Raja Bali ini, Sejak 1 Januari 2010 Maka Sah lah Sri Wilatikta Tegeh Kori sebagai RAJA MAJAPAHIT BALI selanjutnya Acara Darma Wacana dari Brahmaraja XI dimana disebutkan Bahwa Yang Tua akan segera minggir untuk digantikan yang Muda, Janganlah generasi Tua dan serakah bercokol terus, berilah kesempatan yang Muda untuk dipercaya kalau BISA memimpin Bangsa ini sesuai Bidangnya disambut tepuk Tangan Pengunjung yang rata rata Generasi Muda,

Juga di Singgung Tentang Presiden Gus Dur yang sudah membuka Pasung Acara Budaya China yang menyatu dengan Bali sejak Dahulu, Hingga Barongsai Penjaga "Penolak Bala "bisa di hidupkan lagi " [Sayangnya 2 Barongsai dari Batu yang menjaga Pintu Meru Tumpang XI Brahmaraja sudah hilang, padahal Tahun Baru 2009 masih ada] Lihatlah Kesatuan Siwa Buda sudah terlihat di Depan Pelinggih Siwa Buda Majapahit dengan bersatunya Bale Ganjur dan Barongsai untuk Menghibur Leluhur Yang Siwa Buda dan terbukti Beliau senang dan langsung Turun menerima kedatangan kita" di Tambahkan Bali kalau Upacara selalu menggunakan Uang China Kuno inilah Bukti bahwa Leluhur Putri kita dari China yang ber Ageman Buda dan Adat Majapahit memanivestasikan Leluhur Putri Yulan dengan Dewi Titisannya yaitu Ratu Mas atau Dewi Kwan Im, Kan Ratu Mas atau Dewi Kwan Im itu Perantara Manusia Hidup dan Budha, Jadi Siwa Budha adalah Kesatuan, Buda tidak mengakui Siwa bukan Buda, sebaliknya Siwa tidak mengakui Buda bukan Siwa Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa inilah kutipan Lontar Sutasoma yang digali Bung Karno Pendiri RI untuk Dasar negara kita yaitu PANCASILA, yang sejak 1965 tidak di Pakai secara benar, Hingga Adat Leluhur Ibu dari China dihapuskan diganti Adat Islam Arab yang sangat bertentangan dengan Adat kita yang memuja Leluhur dengan Tuduhan Adat China Komunis tidak ber Tuhan, Untung Bali tidak terpengaruh adatnya dari Dahulu tetap lestari dan Pelinggih Ratu Mas ini tetap Abadi berdiri Tegak selama 666 tahun tidak dihancurkan seperti di Jawa oleh Islam, memang Orang nya bisa berubah seperti 1965 umur nya 10 tahun, dan 2010 ini kan 60 tahun Jadi Perubahan selama 50 tahun lalu tidak mengenal Barongsai dan dianggap Asing karena adat China yang diberangus sejak 1966 itu sangat kita maklumi dan Sadari hingga Nama Bung Karno Pendiri RI pun mau dihapus dari Sejarah, tapi untung Mereka masih tahu kalau ini Pelinggih Ratu Mas yang bahaya kalau sudah tidak tahu Pelinggih Leluhurnya dan tidak kenal Nama nya, yang penting Generasi mendatang tentunya sudah bisa berpikir Seperti Gus Dur yang Wafat kemarin sudah berpikiran Maju membebaskan kembali Adat Budaya Ibu dari China hingga kita bisa menikmati serta Leluhur pun Senang karena GARWO adalah Sigaran ne Nyowo menurut Jawa Kuna,

Jadi Istri itu adalah Separuh / Belahan / Sigaran Jiwa jadi tidak boleh dipisahkan yang diwujutkan Bapak / Purusa / Lingga adalah Siwa dan Ibu / Predana / Yoni adalah Buda Dewi Kwan Im Ratu Mas, Inilah kepandaian Lawan Majapahit, dengan memecah Belah Leluhur Putri dan Lanang menjadi Agama Budha dan Agama Hindhu yang memuja Hyang Widhi / Tuhan / Allah yang satu seperti Islam agar kita jadi Bangsa yang bodoh tidak mengerti Leluhur Sangkan Paraning Dumadinya, dan Keturunannya itu selalu pada Cerai.[TV] malah Istri yang Sigaran Nyawa dikontrakkan Orang Arab [TV], dan marilah kita do'akan Gus Dur yang sudah membuka jalan Persatuan biarpun dihambat Orang yang anti Persatuan dan Pancasila Dasar Negara RI karena Takut bila rakyat bersatu dan Mengerti apa itu Pancasila Warisan Majpahit yang dianggap Kafir mereka yang Dajjal ngaku Islam anti Persatuan dan suka Menumpas Kafir dan Adat China Buda akan kalah tidak bisa mencengkram Negri ini dengan Ajarannya yang bertentangan Bumi dan Langit dengan Adat kita.

Demikianlah Acara Tahun Baru 2010 Raja Abhiseka Majapahit masa Kini telah juga Meng Abhiseka Raja Majapahit Bali dengan Abhiseka Sri Wilatikta maka kini ada dua nama Wilatikta yaitu Sri Wilatikta Brahmaraja XI Raja Majapahit Masa Kini dan Sri wilatikta Tegeh Kori Raja Majapahit Bali yang juga Rektor  Universitas Mahendradata yang didirikan Bung Karno 1963 dengan nama "'MARHAEN"" juga Sang Rektor adalah DOKTOR termuda dan Pemuda Terpandai di Dunia [26 tahun] yang juga President World Hindu Youth Organization, bahkan Adik Perempuan Sang Rektor Gusti Ayu Diah Werdhi juga berpredikat DOKTOR Ilmu Pemerintahan Wanita Termuda di Dunia yang di Wisuda pekan silam [Bali Pos] Jadi tidak salah Raja majapahit Masa Kini meng Abhiseka Pemuda Ganteng berpostur Tinggi yang juga Keturunan Raja Bali Zaman Majapahit yang ber Otak Briliant dan diakui Dunia ini Menjadi Raja majapahit Bali {Bali bahasa Jawa bisa diartikan Kembali}

SELAMAT TAHUN BARU 2010 Semoga Perubahan Baik akan menyertai Negri ini yang sudah Porak Poranda, DPR dan Presidennya sibuk ngurusi Century semoga berakhir sebaik mungkin dan memuaskan Rakyat dan Pemerintahannya SEMOGA, Pukul 9 Pagi 1-1-2010 Mobil Mercy Hitam dengan Kawalan Polda Bali kembali memasuki Puri Surya Majapahit Jimbaran anehnya Brahmaraja XI tidak ada  dalam mobil ini malah yang turun Gusti Putu Surya membawa Keris Empu Gandring yang disambut Para Mangku dan Pendeta Buda, dan apakah kepulangannya di Rahasiakan akibat ada Ancaman Bom yang diucapkan Rektor Mahendradata semalam di Besakih "'Ada Ancaman dari Situs Internet bahwa Bali akan di Bom Teroris..." Belum ada Konfirmasi lebih jauh Data Ancaman yang diucapkan DOKTOR Termuda di Dunia ini Dua Orang Polisi tetap berjaga di Pura Ibu Majapahit dengan mengenakan Rompi Anti Peluru berwarna Biru hingga tulisan ini diturunkan dan Ancaman tidak terbukti berkat Lindungan Para leluhur Majapahit yang sudah di Upacarai semalam dan Sukses tidak Hujan dan masing masing Selamat tiba kembali dirumah*** {Drs Komang Artanegara SE Panitia Upacara Akhir Tahun Pura Ibu Majapahit}

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by Herdiansyah Hamzah | Published by Jurnalborneo.com
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.