Profile Facebook Twitter My Space Friendster Friendfeed You Tube
Kompas Tempo Detiknews
Google Yahoo MSN
Blue Sky Simple News Simple News R.1 Simple News R.2 Simple News R.3 Simple News R.4

Jumat, 18 September 2009 | 20.10 | 0 Comments

MAJAPAHIT KADIRI HIJRAH KE BALI 1527


Keraton Daha, sekarang Alun-Alun Daha terdapat Hotel Bismo, disebut Ndalem Daha [Kampung Ndaleman] Pada 1522 disinilah diadakan Rapat terakhir Sri Wilatikta Brahmaraja V dengan para Kawula, Para Resi, Para Prajurit dan Rak'yat Daha-Jenggala-Kadiri, Diputuskan Para Mpu, Bangsawan dan Para Satriya yang tidak ingin masuk islam agar Hijrah ke Bali, akhirnya dengan dipimpin Penasihat Kerajaan Daha Tertinggi Mpu Sastro Jendro Hayuningrat berangkat melalui darat ke Pulau Bali, dan kapan tiba di Bali silahkan lihat sejarah Bali.Di Bali tercatat Dahyang Dwijendra/Dah Yang Wawu Rawoh memang ke Bali[ Beliau memiliki Ilmu Maha Sempurna Sastro Jendro Hayuningrat ] Keadaan Daha sudah tidak bisa dipertahankan, Pengaruh Islam Agama Suci makin membesar, Prabu Brawijaya Trowulan sudah tersiar masuk islam, tidak jadi minta bantuan Bali. Trenggono putra Patah Bupati Demak yang memproklamirkan jadi Sultan/Raja islam setelah berhasil menghancurkan Trowulan, biarpun Trowulan berhasil direbut kembali oleh Daha/Kadiri, tapi sudah bukan tempat Strategis lagi, kondisinya hancur dan kembali jadi desa dengan penghuni campuran. Kertasana jatuh ketangan islam Keraton Lambang Kuning rata tanah [Belakangan dipugar Yayasan Negarakertagama, Brahmaraja XI sempat kirap Gajahmada 2008] Akhirnya Majapahit membubarkan diri, Rak'yat untuk selamatnya dibolehkan masuk islam. Yang tidak mau masuk islam bisa kembali jadi Cina nyembah Pek Kong/Leluhur[kalau kulitnya kuning] Terbukti hanya 75 tahun Kekuasaan islam, Datang Pasukan Kebo Bule sesuai Wahyu Leluhur Sri Paduka Prabu Jayabaya, jadi Dengan berpegang Wahyu, Sri Wilatikta Brahmaraja V tidak ikut ke Bali, tetap nyamar hidup di Jawa [diceritakan lain Blog], Kedatangan Kebo Bule/Belanda diera Brahmaraja VI yang berganti nama Jingkang dengan marga Li, Beliau Akhirnya Memiliki Beberapa Jung/Kapal besar dan menyamar jadi Pedagang berlayar Ke Cina, Bali dll tetap menjaga Persaudaraan dengan Para Keturunan Majapahit. Jingkang bahkan punya istri di Kwang tjoe Cina [Keturunan nya yang di Cina masih ada, ikut Meresmikan Pura Ibu Jimbaran], sedang Istrinya yang di Jenggala kelak menurunkan Hyang Suryo. Di Bali pun punya istri, karena Beliau Sering mengunjungi Besakih tempat Leluhurnya, di Daha/Jenggala/Kadiri Tempat Leluhur dihancurkan Pejabat islam karena Musrik/Berhala/Tohut [Buku Tan Koen Swie/Sejarah Kadiri]. Akhirnya untuk mencari Pelinggih yang benar hanya di Bali yang bebas Odalan, caru dll. Para Pandita Lestari di Bali dan bebas Upacara. Buktinya Pura Majapahit Trowulan Masa Kini 2001 tidak Boleh Upacara Odalan, Caru dll alias ditutup SKB. akhirnya Upacara di Pura Ibu Jimbaran Bali. Dijawa Jaman Belanda bisa sembah'yang Leluhur hanya berupa Gedung, Ahli Odalan, Banten, Caru, Bebangkit tidak ada, nanti ada bikin Banten rumah dihancurkan di tuduh sesat. Armada Jingkang diteruskan Putranya Jingwan / Li Wanwe [Pembesar Li] dan Saudara2 nya. diteruskan Mbah Gede Ngadri Blitar, Kakek Hyang Suryo. Sebelum Meninggal sempat mengirim Hyang Suryo ke Bali 1956, untuk Belajar Adat Majapahit yang punah di Jawa. Kembali Mbah Gede tetap bertahan nunggu Wahyu Sri Paduka Jayabaya yaitu akan datang Tentara Cebol Kepalang Kulitanne Jenar menggantikan Kebo Bule [Tentara Pendek sekali berkulit Kuning mengantikan Belanda Bule] Mbah Gede punya Buku Babon Kulit Kambing Ramalan Jayabaya, tiap malam diam-diam dibaca dengan para pengikutnya. Dibantu Macun Naga orang Jepang yang juga yakin Putra Surya akan tiba mengalahkan Belanda, dan benar 1942 Pasukan Putra Surya [Jepang percaya turunan Matahari] datang dengan Kilat mengalahkan Belanda. Begitu merdeka [singkatnya] Mbah Gede Meng otak atik Sabdopalon, Tentang Kembalinya Majapahit dan untuk menyongsong kembalinya Majapahit Sang Narendra Utama harus Belajar Kemajapahitan, lalu dikirimlah Hyang Suryo ke Bali "Mbah enggak menangi Baline Modjopahit Ngger, kowe mbesoek sing Menangi, lha moto mu tak silih ndelok Baline Modjopahit besoek, kowe tak kirim menjang Bali, Beladjaro sing bener, Eling, mik kowe sing tak jagak ne mbalekno Modjopahit, iki gowonen djogonen, mengko dek Mbali enek Resi sing iso nyadjeni lek pas Tumpak Landep, Wis Ojo Bali mrene Kowe wis gak oleh ndelok Wong Mati" inilah sedikit cuplikan kata-kata trakhir Mbah Gede yang tak lama kemudian kembali ke alam Budaloka setibanya Hyang Suryo di Bali. Demikianlah singkat Cerita setelah berhasil mempelajari Imu Majapahit, juga belajar ke Para Kerabat di Cina tentang Kebudaan/Leluhur Pekkong [Karena Bali masih menggunakan Pis Bolong Cina] mengertilah tatacara SIWA_BUDA Majapahit dan akhirnya bisa ngupacarai Leluhur Majapahit di Trowulan, Njelalah malah ketahuan Orang Jawa Antek arab yang berusaha menumpas kembalinya Majapahit, Pura Trowulan diserbu, di bom dan di tutup karena sangat membahayakan cita2 arab menguasai bumi kita yang subur mamkmur gemah ripah ini karena sudah merasa menang, orang pada setor uang haji, Orang pada tinggal dibawah jembatan di arab mbambung jadi tamu Allah, Orang sudah tidak kenal tanah air tempat nya lahir, cari makan dan berak bahkan kelon, yang suci tanah arab, bahkan Ali orang arab ditangkap polisi membiayai Teroris (Nurdin Top sering disebut di blog ini akhirnya tewas] juga setelah sempat buron dan kawin/punya anak/dilindungi bak pahlawan. Demikianlah kisah Majapahit yang diwahyukan Sabdopalon akan kembali, dengan tanda yang jelas, Hari ini Bali Gempa, di Pura Ibu Ada Suara Gemuruh waktu gempa, tak ada kerusakan sedikit pun. Sesuai Sabdapalon Lindu pengpitu sedino, jadi ada gempa ya tidak heran, kita sambut saja dengan tenang Beliau sudah nulis kok, biarlah Orang Arab tidak percaya, kan lain negara/ramalannya. Kita hidup di sini, makan hasil sini, minum air sini [Air Zam-Zam lebih suci katanya], Bikin anak disini [muadah2 an tidak mati di arab jadi budak], jadi marilah kita cintai tanah ini yang menurut Kepercayaan Tanah itu Dewi Sri, Air itu Wisnu anaknya Boma/Dewa tumbuh2 an, Tiap Pintu/Kuri Pura/rumah biasanya diberi relip Boma, dan ini hanya Orang Bali yang percaya arab bilang setan. Jadi Majapahit sudah Kembali sesuai Tulisan Sabdopalon, Bahkan dianggap Sampah, Para Pakar Bilang tidak bisa di prediksi, Padahal tidak baca Tulisan Sabdopalon, Syeh bilang Tahayul, Tsunami, banjir, gempa, Pageblug H1 N1 didepan mata dianggap Tahayul, Buta/picek mata nya? Masak berita Tv, Koran dianggap Tai. Jadi Pepatah SD dulu benar juga "Gajah didepan mata [Leluhur Majapahit] tidak kelihatan, Kuman disebrang lautan [Dajjal Arab] Nampak Jelas*** Semoga Informasi ini menambah wawasan kaum Kafir/Musrik/Sesat/Kufur/Batil yang dituduhkan Islam Arab. Jujur-Sabar-Narimo saja Biarlah mereka Menang-Menangan yang penting jadilah Orang yang MENANGI.

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by Herdiansyah Hamzah | Published by Jurnalborneo.com
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.